Selain Drainase, Pohon Peneduh Juga Diperhatikan
BONTANG - Adipura merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan oleh Presiden RI kepada kota atau kabupaten di Indonesia yang telah berhasil melaksanakan pengelolaan lingkungan perkotaan dengan baik sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Strategi penghargaan adipura adalah menjadikan lingkungan sebagai isu strategis, lebih fokus dan memperhitungkan akuntabilitas, mengoptimalisasi peran serta masyarakat, serta mengupayakan reward dan mengantisipasi punishment, karena dalam rangkaian kegiatan-kegiatan Adipura setiap tahun diumumkan juga kabupaten/kota peraih penghargaan Adipura (sebagai reward) serta kota terkotor (sebagai punishment).
Meski berhasil meraih dua kali berturut-turut piala Adipura, bukan berarti persoalan kebersihan di Kota Taman telah selesai. Justru dengan piala adipura itu semestinya menjadi pemicu bagi pemerintah dan masyarakat untuk terus membenahi lingkungan kota. Pemkot Bontang memang masih memusatkan perhatian pada kawasan pusat kota dan jalan protokol. Tetapi, kawasan pinggiran juga tetap disentuh, meski belum maksimal.
Untuk itulah, Pemkot Bontang memalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) mengundang nara sumber dari Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Kalimantan, Rafidin Rizal ST dan Muhammad Noor Andi Kusuma, dalam Sosialisasi Penilaian Adipura 2009 – 2010 dengan tema ‘Selamatkan Bumi dari Perubahan Iklim’ yang berlangsung di Ruang Rapat Bessai Berinta. (9/9) lalu.
Menurut Rafidin Rizal, pada unit kerja yang paling kecil seperti kelurahan dan kecamatan harus bisa memaksimalkan kebersihan lingkungan. Partisipasi masyarakat yang menjadi penilaian penting perlu ditingkatkan. Bahkan yang paling penting lagi adalah setiap rumah tangga harus memperhatikan kebersihan lingkungannya. begitu juga para pengusaha harus bisa menjaga kenyamanan di lingkungan perusahaannya.”Kebersihan dan keindahan jalan protokol menjadi nilai tambah. Bukan hanya bersih, taman-taman kota selalu bersemi karena rutin disirami. Kalau menyusuri jalanan dan berkeliling Bontang, sangat mudah ditemui pasukan kuning yang bekerja menyapu jalan dan menyingkirkan sampah. Selain partisipasi masyarakat, koordinasi dan kerja keras seluruh SKPD Instansi terkait, kemitraan dengan seluruh stakeholder merupakan faktor penting keberhasilan mencapai target Adipura,”ujarnya.
Ditambahkan Muhammad Noor, seluruh titik dan objek penilaian adipura harus ditingkatkan nilai kebersihannya, termasuk juga sarana pelengkap lainnya. “Keseluruhanya perlu tingkatkan, salah satunya seperti jalan.Bukan hanya bersihnya yang dinilai, tetapi juga kondisi drainase dan sebaran pohon peneduh penghijauan juga diperhatikan. Selain itu penertiban dan kebersihan di tempat-tempat umum seperti pasar, pertokoan dan rumah di lokasi titik pantau untuk menempatkan tong sampah,”tambahnya.
Lebih lanjut dikatakan Rafidin Rizal Persoalan lain yang patut mendapat sentuhan pengelolaan pasar tradisional dan pertokoan yang lekat dengan kekumuhan. “Pasar menyumbang sampah organik sekitar 80 persen. Pengelolaan sampah terpadu di pasar-pasar tradisional barangkali bisa membantu mengatasi persoalan. Bila sebelumnya pemerdayaan sampah di tingkatan warga berhasil dilakukan. Tentu di tingkat pasar juga akan bisa berhasil. Warga yang sedang gencar-gencarnya melakukan penghijauan dan kebersihan di lingkungan sekitar. Pemkot tetap harus mendorong semangat agar tidak segera pudar. Sembari itu pengelolaan infrastruktur pendukungnya dipenuhi, agar kebersihan Bontang tetap terjaga,”ungkapnya. (hms4)
BONTANG - Adipura merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan oleh Presiden RI kepada kota atau kabupaten di Indonesia yang telah berhasil melaksanakan pengelolaan lingkungan perkotaan dengan baik sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Strategi penghargaan adipura adalah menjadikan lingkungan sebagai isu strategis, lebih fokus dan memperhitungkan akuntabilitas, mengoptimalisasi peran serta masyarakat, serta mengupayakan reward dan mengantisipasi punishment, karena dalam rangkaian kegiatan-kegiatan Adipura setiap tahun diumumkan juga kabupaten/kota peraih penghargaan Adipura (sebagai reward) serta kota terkotor (sebagai punishment).
Meski berhasil meraih dua kali berturut-turut piala Adipura, bukan berarti persoalan kebersihan di Kota Taman telah selesai. Justru dengan piala adipura itu semestinya menjadi pemicu bagi pemerintah dan masyarakat untuk terus membenahi lingkungan kota. Pemkot Bontang memang masih memusatkan perhatian pada kawasan pusat kota dan jalan protokol. Tetapi, kawasan pinggiran juga tetap disentuh, meski belum maksimal.
Untuk itulah, Pemkot Bontang memalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) mengundang nara sumber dari Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Kalimantan, Rafidin Rizal ST dan Muhammad Noor Andi Kusuma, dalam Sosialisasi Penilaian Adipura 2009 – 2010 dengan tema ‘Selamatkan Bumi dari Perubahan Iklim’ yang berlangsung di Ruang Rapat Bessai Berinta. (9/9) lalu.
Menurut Rafidin Rizal, pada unit kerja yang paling kecil seperti kelurahan dan kecamatan harus bisa memaksimalkan kebersihan lingkungan. Partisipasi masyarakat yang menjadi penilaian penting perlu ditingkatkan. Bahkan yang paling penting lagi adalah setiap rumah tangga harus memperhatikan kebersihan lingkungannya. begitu juga para pengusaha harus bisa menjaga kenyamanan di lingkungan perusahaannya.”Kebersihan dan keindahan jalan protokol menjadi nilai tambah. Bukan hanya bersih, taman-taman kota selalu bersemi karena rutin disirami. Kalau menyusuri jalanan dan berkeliling Bontang, sangat mudah ditemui pasukan kuning yang bekerja menyapu jalan dan menyingkirkan sampah. Selain partisipasi masyarakat, koordinasi dan kerja keras seluruh SKPD Instansi terkait, kemitraan dengan seluruh stakeholder merupakan faktor penting keberhasilan mencapai target Adipura,”ujarnya.
Ditambahkan Muhammad Noor, seluruh titik dan objek penilaian adipura harus ditingkatkan nilai kebersihannya, termasuk juga sarana pelengkap lainnya. “Keseluruhanya perlu tingkatkan, salah satunya seperti jalan.Bukan hanya bersihnya yang dinilai, tetapi juga kondisi drainase dan sebaran pohon peneduh penghijauan juga diperhatikan. Selain itu penertiban dan kebersihan di tempat-tempat umum seperti pasar, pertokoan dan rumah di lokasi titik pantau untuk menempatkan tong sampah,”tambahnya.
Lebih lanjut dikatakan Rafidin Rizal Persoalan lain yang patut mendapat sentuhan pengelolaan pasar tradisional dan pertokoan yang lekat dengan kekumuhan. “Pasar menyumbang sampah organik sekitar 80 persen. Pengelolaan sampah terpadu di pasar-pasar tradisional barangkali bisa membantu mengatasi persoalan. Bila sebelumnya pemerdayaan sampah di tingkatan warga berhasil dilakukan. Tentu di tingkat pasar juga akan bisa berhasil. Warga yang sedang gencar-gencarnya melakukan penghijauan dan kebersihan di lingkungan sekitar. Pemkot tetap harus mendorong semangat agar tidak segera pudar. Sembari itu pengelolaan infrastruktur pendukungnya dipenuhi, agar kebersihan Bontang tetap terjaga,”ungkapnya. (hms4)